SISTEM PERNAFASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem respirasi memiliki fungsi utama
untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh.Kita sering
mendengar istilah respirasi eksternal dan internal. Pada dasarnya, pengertian
respirasi eksternal sama dengan bernapas, sedangkan respirasi internal atau
respirasi seluler ialah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan
zat sisa metabolisme sel yang berupa CO2. Penyelenggaraan respirasi harus
didukung oleh alat pernapasan yang sesuai, yaitu alat yang dapat digunakan oleh
hewan untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Alat yang dimaksud dapat berupa alat
pernapasan khusus ataupun tidak.
Oksigen yang diperoleh hewan dari
lingkungannya digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan
ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses semacam itu
disebut respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan
ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah
banyak ialah respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa
hanya menghasilkan dua molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang
sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP. Oleh karena itu, hampir semua hewan sangat
sangat bergantung pada proses respirasi(pembentukan ATP) secara aerob.
Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan air,yang
harus segera dikeluarkan dari sel(Isnaeni, 2006:191-192).
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa apa saja
organ pernapasan pada hewan?
2. Bagaimana
terjadinya pertukaran gas dan pengaturan respirasi pada hewan?
3. Bagaimana
mekanisme respirasi pada vertebrata?
4. Bagaimana
mekanisme pernapasan pada invertebrata?
5. Apa saja penyakit
pada sistem respirasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka
tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui
apa apa saja organ pernapasan pada hewan.
2. Untuk mengetahui
bagaimana terjadinya pertukaran gas dan pengaturan respirasi pada hewan.
3. Untuk mengetahui
bagaimana mekanisme respirasi pada vertebrata.
4. Untuk mengetahui
bagaimana mekanisme respirasi pada invertebrata.
5. Untuk mengetahui
apa saja penyakit pada sistem respirasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Organ
pernapasan pada hewan
Alat
respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya CO2 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi
pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang
berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa
organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung
dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan
coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui
rongga tubuh.
1.
Alat Respirasi pada Serangga
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan
yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara
pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut
spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan
terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang
dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara
teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup
saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian
udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh
trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga
dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini
mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada vertebrata.
2.
Alat Pernapasan pada Kalajengking dan
Laba-laba
Kalajengking dan laba-laba besar
(Arachnida) yang hidup di darat memiliki alat pernapasan berupa paru-paru buku,
sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang buku. Paru-paru buku
memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi perut. Masing-masing paru-paru
buku ini memiliki lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar.
Paru-paru buku ini juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar.
Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
Baik insang buku maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama
seperti fungsi paru-paru pada vertebrata.
3.
Alat Pernapasan pada Ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan
(pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan
selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan
bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filament mengandung banyak lapisan
tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler
sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2
berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang
yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak
ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan
tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring
makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai
labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan
gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan
labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
4.
Alat Pernapasan pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi
lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu
bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput
rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena
kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri pulmo
kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi
di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas
juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru
yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan
dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
5.
Alat Pernapasan pada Reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam
rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilian lebih
sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilian pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal,
kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan
yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa
jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
6.
Alat
Pernapasan pada Burung
Pada burung, tempat berdifusinya
gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang
dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur
pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk
kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang
menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang
berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat
sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang
dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang
lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan
menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal).
Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100
atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung
kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara
berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau
pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan
sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya
berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena
adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi
hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara
tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan
dirongga perut (kantong udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen
ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk
(interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke
bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar
rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang
mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal
di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai
cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan
hanya pada saat udara di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang
mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung
hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke
paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi
maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga
dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar
akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan
dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan
terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan
oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Bagan pernapasan pada burung di saat hinggap adalah
sebagai berikut.
Burung mengisap udara ⇒ udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi
hawa bagian belakang ⇒ bersamaan dengan itu udara yang
sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi-pundi hawa ⇒ udara di pundi-pundi belakang mengalir ke
paru-paru ⇒ udara menuju pundi-pundi hawa
depan.
2.2 Pertukaran gas dan pengaturan respirasi pada hewan
2.2.1 Pertukaran Gas
1. Pertukaran Gas O2 Dan CO2
Pertukaran gas
antara tubuh hewan dan lingkungannya selalu terjadi pada lingkungan aquatic
maupun terrestrial. Bernafas, baik di udara ataupun di air, masing masing mengandung
keuntungan dan kerugian. Bagi hewan yang bernafas yang di air, kerugian yang
pertama ialah adanya kenyataan bahwa dibandingkan dengan udara, molekul air
jauh lebih padat dan lebih sulit bergerak atau mengalir. Molekul aiar kira-kira
1000 kali lebih padat dan 60 kali lebih sulit mengalir dari pada udara. Jadi,
dibandingkan dengan udara, air jauh lebih sulit mengalir ke organ pernafasan.
Oleh karena itu, untuk mengalirkan air ke organ pernafasannya, hewan aquatic
haris mengeluarkan energy lebih banyak dari pada energy yang digunakan oleh
hewan terrestrial.
Berbeda dari
hewan aquatic, hewan yang bernafas di udara memperoleh keuntungan karena tidak
memerlukan banyak energy untuk mengalirkan udara ke dalam organ pernafasannya.
Akan tetapi, hewan yang bernafas di udara harus mengeluarkan energy tambahan
untuk melawan gaya grafitasi.
Keuntungan dan kerugian berikutnya berkaitan dengan adanya perbedaan antara kandungan oksigen di udara dan air. Kandungan oksigen dalam air jauh lebih rendah dari pada kandungan oksigen di udara. Kandungan oksigen dalam air adalah 10 ml O2 per liter, sedangkan kandungan oksigen di udara 200 ml per liter. Jadi, hewan yang bernafas di udara lebih mudah memperoleh oksigen dari pada hewan akuatik. Namun, hewan akuatik memperoleh keuntungan lain. Berkaitan dengan tingginya kelarutan CO2 dalam air, yang mencapai 20-30 kali lebih besar dari pada kelarutannya di udara. Hal ini menyebabkan hewan akuatik sangat mudah membuang CO2 ke lingkungannya, dan hampir tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan pembuangan CO2. Berkaitan dengan hal itu, rangsang utama untuk bernafas pada hewan akuatik adalah O2, sedangkan pada hewan terrestrial, stimulus utama untuk bernafas adalah CO2.
Keuntungan dan kerugian berikutnya berkaitan dengan adanya perbedaan antara kandungan oksigen di udara dan air. Kandungan oksigen dalam air jauh lebih rendah dari pada kandungan oksigen di udara. Kandungan oksigen dalam air adalah 10 ml O2 per liter, sedangkan kandungan oksigen di udara 200 ml per liter. Jadi, hewan yang bernafas di udara lebih mudah memperoleh oksigen dari pada hewan akuatik. Namun, hewan akuatik memperoleh keuntungan lain. Berkaitan dengan tingginya kelarutan CO2 dalam air, yang mencapai 20-30 kali lebih besar dari pada kelarutannya di udara. Hal ini menyebabkan hewan akuatik sangat mudah membuang CO2 ke lingkungannya, dan hampir tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan pembuangan CO2. Berkaitan dengan hal itu, rangsang utama untuk bernafas pada hewan akuatik adalah O2, sedangkan pada hewan terrestrial, stimulus utama untuk bernafas adalah CO2.
Air mempunyai
kapasitas lebih panas dari pada udara. Hal ini berarti bahwa air lebih efektif
untuk mengurangi panas dan suhunya tidak mudah berubah. Keadaan ini sangat
menguntukan bagi hewan yang hidup di air, yang umumnya bersifat ektotermik.
Berbeda dengan air, udara memiliki kapasitas panas yang rendah sehingga suhu
udara sangat mudah berubah.
Pada amfibia,
pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dapat terjadi melalui paru-paru maupun kulit
pada Rana temporaria, pengambilan oksigen melalui paru-paru 3 kali lebih besar
dibandingkan melalui kulit. Pada Rana esculenta, paru-paru dan kulit memainkan
peran yang sama dalam hal pengambilan O2. Pengambilan oksigen terjadi selam
hewan bernafas, yaitu pada fase inspirasi, sedangkan pembuangan CO2 terjadi
pada fase ekspirasi. Inspirasi ialah masuknya udara dari atmosfer ke dalam
organ pernafasan, sedangkan ekspirasi adalah kebalikannya. Pada katak,
inspirasi diawali dengan kontraksi otot di dasar mulut, kemudian rongga mulut
meluas sehingga terjadi tekanan negative di dalamnya. Selanjutnya, nostril
tiba-tiba terbuka dan udara pun mengalir masuk melalui nostril.
System
respiratori pada burung berupa paru-paru yang di lengkapi dengan sejumlah
kantong udara yang besar dan memiliki membrane tebal. Pada burung, gerakan
inspirasi terjadi karena kontraksi otot-otot respiratori yang mendorong
tulang-tulang iga kea rah depan sehingga menghasilkan gerakan sternum ke depan
dan ke bawah. Tulang-tulang iga lainnya bergerak ke arah lateral dan
menyebabkan peningkatan volume rongga tubuh. Pada kondisi tersebut paru-paru
dan katong udara ikut mengembang. Akibatnya, tekanan pada paru-paru dan kantong
udara turun sehingga udara atmosfer masuk ke dalamnya.
Pada mamalia,
fase inspirasi merupakan proses aktif yang terjadi karena adanya kontraksi otot
inspiratori (otot diantara tulang-tulang iga dan digfragma). Kontarsi otot
tersebut akan meningkatkan volume rongga dada dan menyebabkan paru-paru
mengembang serta timbul tekanan negative di dalammya, sehingga udra atmosfer
pun segera masuk paru-paru berbeda dengan fase inspirasi yang bersifat aktif,
fase ekspirasi merupakan proses pasif. Ekspirasi terjadi karena adanya
relaksasi otot inspiratori dan pengerutan dinding alveoli.
2. Transpor
O2
Transpor
oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara sederhana
(terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat oleh pigmen respirasi,
yaitu senyawa khusus yang dapat mengikat dan melepas oksigen secara
bolak-balik. Beberapa hewan invertebrata sederhana mentranspor oksigen dengan
cara melarutkannya dalam darah. Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif,
namun masih dapat memenuhi kebutuhan tersebut karena invertebrata sederhana
umumnya memiliki tingkat metabolisme yang tendah.
Hewan yang
memiliki tingkat perkembangan labih tinggi biasanya mempunyai aktifitas
metabolisme yang lebih tinggi biasanya mempunyai aktifitas metabolisme yang
lebih tinggi dan ukuran tubuh lebuh besar. Mereka memerlukan oksigen dalam
jumlah yang lebih besar pula. Oleh karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan
cara pengangkutan oksigen yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen
respirasi.
Pigmen respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yangg memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh darah / cairan tubuh untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna. Sebagai contoh, keberadaan pigmen hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen. Tanpa hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1 ml per 100 ml darah.
Pigmen respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yangg memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh darah / cairan tubuh untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna. Sebagai contoh, keberadaan pigmen hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen. Tanpa hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen sebanyak 1 ml per 100 ml darah.
Hemoglobin
(biasa disingkat Hb) merupakan pigmen respiratori yang paling dikenal, paling
banyak dijumpai, dan cara kerjanya paling efisien. Hb ditemukan dalam darah
manusia, Protozoa, dan kebanyakan filum hewan. Hb tersusun atas senyawa
porfirin besi (hemin) yang berikatan dengan protein globin (lihat gambar 8.2).
pada daerah yang memiliki tekanan/konsentrasi oksigen tinggi, seperti pada
permukaan alveoli paru-paru, Hb sangat mudah berikatan dengan oksigen dan
membentuk oksihemoglobin.
Sementara,
pada daerah yang memiliki tekanan oksigen rendah atau pH rendah, oksihemoglobin
sangat mudah terurai dan memebebaskan oksigen, sesuai dengan reaksi berikut
Tekanan O2
tinggi: Hb + O2 HbO2
Oksigen akan
dikaitkan dengan hemin, tepatnya pada Fe++ yang terdapat pada pusat gugus
tersebut, dengan suatu ikatan yang longgar/lemah. Harus diingat bahwa proses
pengikatan molekul oksigen pada hemin tersebut bukanlah peristiwa oksidasi,
melainkan penggabungan antara Fe++ pada gugus hemin dan molekul O2.
Penggabungan Hb dan O2 menjadi HbO2 atau proses kebalikannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi oksigen di lingkungan hewan, seperti telah diuraikan sebelumnya. Konsentrasi oksigen di suatu lingkungan akan menentukan besarnya tekanan parsial gas tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejenuhan Hb oleh oksigen.
Penggabungan Hb dan O2 menjadi HbO2 atau proses kebalikannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi oksigen di lingkungan hewan, seperti telah diuraikan sebelumnya. Konsentrasi oksigen di suatu lingkungan akan menentukan besarnya tekanan parsial gas tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejenuhan Hb oleh oksigen.
3. Transpor CO2
Pada bagian
terdahulu telah dijelaskan bahwa aktivitas metabolisme sel akan menghasilkan
zat sisa, antara lain CO2 dan air. Air yang terbentuk dari peoses tersebut
dinamakan air metabolik. Keberadaan air metabolik di dalam tubuh tidak
menimbulkan masalah yang rumit karena masih dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh.
Namun, keberadaan CO2 dapat menimbulkan gangguan fisiologis yang penting. CO2
sangat mudah berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang meiliki kekuatan
untuk menciptakan kondisi asam. Oleh karena itu, CO2 yang terbentuk di jaringan
harus segera diangkut dan dikeluarkan dari tubuh. Reaksi antara CO2 dan air
terjadi melalui persamaan reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi
pembentukan asam karbonat dapat terjadi dalam cairan jaringan/ruang ekstrasel,
plasma, maupun di dalam sel darah merah. Pembentukan asm karbonat (H2CO3) yang
terjadi da dalam sel darah merah berlangsung sangat cepat (disebut reaksi
cepat) karena di dalamnya terdapat enzim kaobonat anhidrase yang berperan
sebagai katalis. Darah mengangkut CO2 dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai
senyawa karbamino (ikatan antara CO2 dan Hb), CO2 terlarut dalam plasma, asam
karbonat (H2CO3, hasil reaksi antara CO2 dan air), ion karbonat (HCO3-) dan
senyawa bikarbonat (NaHCO3 dan KHCO3, bentuk yang paling banyak). H2CO3 merupakan
senyawa asam yang labil dan mudah terionisasi dengan menghasilkan ion H+ dan
HCO2-. Akan tetapi, transpor CO2 dalam bentuk H2CO3 dan HCO3- sering kali
menyebabkan terjadinya penurunan pH karena keduanya bersifat asam. Keadaan
jaringan yang asam akan dapat mengganggu kerja enzim dan aktifitas metabolisme
sel. Oleh karena itu, peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan dengan cara
membentuk senyawa yang bersifat sedikit basa (senyawa bikarbonat). Dalam proses
tersebut, ion HCO3-(ion bikarbonat) akan berikatan dengan ion Na+ atau K+ yang
banyak terdapat dalam jaringan, membentuk NaHCO3 dan KHCO3 (senyawa
bikarbonat).
Pengangkutan
CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan cara untuk mempertahankan
keseimbangan pH. Mekanisme mempertahankan pH dengan cara seperti itu dinamakan
mekanisme buffering. Mempertahankan keseimbangan
pH merupakan tugas tambahan bagi sistem respirasi, di luar tugas utamanya untuk
mentranspor O2 dan CO2.
Sistem
respirasi juga memiliki fungsi lain, yaitu menjaga keseimbangan elektrik dalam
darah, yang dilaksanakan melaui mekanisme HCO3/Cl- transporter atau chloride
shift atau pertukaran HCO3/Cl-. Chloride shift mekanisme untuk menjaga
keseimbangan elektrik antara plasma darah dan sel darah merah, dengan mengatur
perpindahan ion Cl- ke arah tertentu (ke dalam atau luar sel), sebagai imbangan
bagi perpindahan ion HCO3- ke arah yang berlawanan dengan arah yang ditempuh
ion Cl-.
2.2.3 Mekanisme
Respirasi pada Manusia
Hukum Boyle menggambarkan hubungan antara tekanan (P = pressure) dan volume (V = volume) suatu gas. Hukum tersebut
menyatakan bila volume bertambah, maka tekanan harus berkurang (atau
sebaliknya). Hubungan ini sering ditulis secara aljabar sebagai PV = konstanta
atau P1V1 = P2V2. Kedua persamaan
ini menyatakan bahwa hasil perkalian tekanan dan volume adalah tetap. (Hukum
tersebut hanya berlaku bila suhu tidak berubah).
Bernapas terjadi ketika kontraksi atau relaksasi otot
disekitar paru-paru mengubah volume udara total di dalam saluran udara di dalam
paru-paru. Ketika volume paru-paru berubah, tekanan udara di dalam paru-paru
berubah menurut hukum Boyle. Jika tekanan di dalam paru-paru lebih besar
daripada di luar, maka udara akan bergerak keluar. Jika sebaliknya, maka udara
akan mengalir masuk. Berikut ini merupakan ringkasan prosesnya:
1.
Inspirasi terjadi ketika otot inspiratori –
yaitu, otot diafragma dan otot interkosta eksternal – berkontraksi. Kontraksi
diafragma (otot rangka dibawah paru-paru) menyebabkan bertambahnyaukuran rongga
dada, sedangkan kontraksi otot interkosta eksternal menaikkan iga dan tulang
dada. Dengan demikian, kedua otot ini menyebabkan paru mengembang, menambah
volume saluran udara internal. Sebagai tanggapan, tekanan udara di dalam
paru-paru berkurang di bawah tekanan udara di luar tubuh. Karena udara bergerak
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, maka udara masuk ke dalam paru-paru.
2.
Ekspirasi terjadi ketika diafragma dan otot
interkosta eksternal rileks. Sebagai tanggapan, serat elastic pada jaringan
paru-paru menyebabkan paru-paru mengecil ke volume semula. Kemudian tekanan
udara di dalam paru-paru bertambah dibandingkan di luar paru-paru, dan udara
keluar. Selama ventilasi yang berlangsung cepat, ekspirasi dibantu oleh
kontraksi otot-otot ekspiratori (otot interkosta dan otot perut).
Compliance (pemenuhan) paru-paru adalah
ukuran kemampuan paru-paru dan rongga dada untuk mengembang. Karena elastisitas
jaringan paru-paru dan rendahnya tegangan permukaan pada kelengasan di dalam
paru-paru (dari surfaktan), secara normal paru-paru mempunyai derajat compliance yang tinggi.
2.2.2 Pengaturan Respirasi
Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh
saraf untuk mencukupi kebutuhan akan oksigen dan membuang CO2 secara efektif.
Pengaturan respirasi dapat berlangsung secara kimiawi maupun saratif (lihat
gambar 8.5). pada dasarnya, pengaturan tersebut dimasudkan untuk menjaga
keseimbangan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini penting
karena kekurangan oksigen maupum kelebihan karbondioksida dalam darah/cairan
tubuh akan mengganggu proses fisiologis secara keseluruhan.
Kita dapat memahami bahwa pada saat kadar karbondioksida meningkat
(misalnya selama aktif melakukan kegiatan), kemoreseptor di medula (pusat
respirasi) terangsang. Hal ini menyebabkna impuls saraf dijalarkan di sepanjang
serabut eferen ke organ efektor (otot dada, jantung, dan pembuluh darah).
Impuls yang sampai pada organ efektor tersebut menimbulkan proses kompleks yang
menyebabkan peningkatan laju ventilasi dan pelepasan CO2. Impuls yang sampai ke
jantung dan pembuluh darah pada jaringan yang mengalami penimbunan CO2 akan
mendorong timbulnya respons yang akan mempermudah pelepasan CO2 dari tubuh,
sekaligus meningkatkan pemasukan oksigen ke dalam tubuh.
Pengaturan respirasi secara kimiawi pada hewan terestrial lebih banyak
dirangsang oleh adanya peningkatan kadar CO2 dalam darah dari pada oleh
penurunan kadar oksigen. Pengaturan respirasi secara sarafi dilakukan oleh
sekelompok sel saraf pada pons varolli dan medula oblongata. Pada pons bagian
atas terdapat pneumotaxic center, yaitu pusat pernapasan yang berfungsi sebagai
pengatur kerja pusat saraf yang lebih rendah, yang terdapat di medula
oblongata. Pusat saraf yang lebih rendah tersebut ialah pusat inspiratori dan
pusat ekspiratori, yang mengendalikan inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan
hewan. Selain ketiga pusat tersebut, pengaturan respirasi juga dilakukan oleh
strech receptor (reseptor regangan) dan saraf vagus, yang membawa rangsang dari
organ pernapasan ke pusat ekapiratori. Strech receptor yaitu reseptor yang
terdapat pada bronkhus dan jaringan paru-paru, berfungsi untuk memantau keadaan
paru-paru meregang maksimal (saat inspirasi).
Kemoresptor yang peka terhadap CO2 juga ditemukan pada badan karotid dan
aorta. Reseptor di bagian ini memantau kadar CO2 secara langsung, tetapi peranannya
tidak sebesar peran eseptor sejenis yang terdapat di medula oblongata. Hal ini
berarti bahwa sekalipun saraf yang menghubungkan bagian tersebut dengan otak
diputuskan, respons untuk menurunkan kadar CO2 akan tetap terselenggara.
Sebagian reseptor di badan karoid dan aortik juga merespons penurunan kadar
oksigen (pO2).
Hal terpenting yang harus diatur dan berkaitan langsung dengan
pengendalian homeostasis kadar/tekanan O2 dan CO2 adalah kedalaman dan laju
pernapasan. Faktor yang paling menentukaaan kedalaman dan laju pernapasan ialah
konsentrasi karbondioksida, yang biasanya dinyatakan dengan PCO2. Perubahan
pCO2 akan dipantau oleh kemoreseptor yang terdapat di pusta respiratori di
medula. Pusat respiratori tersebut sebenarnya merespons penurunan pH
(peningkatan keasaman) cairan serebrospinal. Peningkatan keasaman pada cairan
tersebut merupakan cermin yang tepat bagi adanya peningkatan pCO2 di arteri.
Peningkatan pCO2 di arteri akan menjadi sumber rangsang bagi dimulainya proses
pembuangan CO2.
Pembuangan CO2 dan pemasokan oksigen harus sesuai dengan kebutuhan tubuh hewan, yang dari waktu ke waktu dapat sangat bervariasi. Pada saat laju metabolisme meningkat, kebutuhan oksigen dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Apabila saat tersebut darah tidak mengandung cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhannya, hewan akan mengalami kondisi hipoksa atau bahkan asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen dalam jaringan tubuh). Sebaliknya, apabila kadar oksigen dalam sel/tubuh terlalu tinggi, dapar terjadi oksidasi yang tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan kehancuran sel-sel tubuh. Pasokan oksigen yang tidak memadai pada umumnya berkaitan erat dengan adanya timbunan karbondioksida. Sementara itu, tumbunan karbondioksida dalam tubuh dapat meninbulkan berbagai gangguan yang tidak diinginkan, antara lain gangguan metabolisme seperti telah diuraikan sebelumnya.
Pembuangan CO2 dan pemasokan oksigen harus sesuai dengan kebutuhan tubuh hewan, yang dari waktu ke waktu dapat sangat bervariasi. Pada saat laju metabolisme meningkat, kebutuhan oksigen dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Apabila saat tersebut darah tidak mengandung cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhannya, hewan akan mengalami kondisi hipoksa atau bahkan asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen dalam jaringan tubuh). Sebaliknya, apabila kadar oksigen dalam sel/tubuh terlalu tinggi, dapar terjadi oksidasi yang tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan kehancuran sel-sel tubuh. Pasokan oksigen yang tidak memadai pada umumnya berkaitan erat dengan adanya timbunan karbondioksida. Sementara itu, tumbunan karbondioksida dalam tubuh dapat meninbulkan berbagai gangguan yang tidak diinginkan, antara lain gangguan metabolisme seperti telah diuraikan sebelumnya.
2.3 Mekanisme
pernapasan pada vertebrata
2.3.1 Mekanisme
pernapsan pada vertebrata
1 Sistem
Respirasi Pada Ikan
Ikan bernapas pada insang yang
terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas
dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, insang juga
berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air
akan berdifusi ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada
insang mengikat oksigen dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh, darah
akan melepaskan dan mengikat karbondioksida serta membawanya ke insang. Dari
insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke air secara difusi.
Ø Insang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
a. Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operculum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas,
b. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut,
c. Lengkung
insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan
daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf,
d. Tulang
tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya
organisme makanan melalui celah insang,
e. Daun
insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran darah, tempat terjadinya
pertukaran gas O2 dengan CO2,
f. Lembaran
(filamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan,
g. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.
g. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai
alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang
kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele.
Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung
renang yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme
pernapasan pada ikan
Mekanisme
pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang. Pada waktu tutup
insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh, sehingga air
masuk lewat mulut. Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis,
rongga faring menyempit, dan membran brankiostega melonggar sehingga air keluar
melalui celah dari tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya
membasahi filamen insang yang penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut
keluar dari tubuh bersama air melalu celah tutup insang. Ikan juga mempuyai
gelembung renang yang berfungsi untuk menyimpan oksigen dan membantu gerakan
ikan naik turun.
Pada beberapa
jenis ikan, misalnya gabus, lele atau gurami, rongga insangnya mempunyai
perluasan ke atas yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang disebut
labirin. Rongga labirin berfungsi menyimpan udara sehingga jenis ikan tersebut
dapat hidup di air kotor dan kekurangan oksigen.
Selain
dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu
insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah
salamander.
Hal-hal yang
berkaitan dengan sistem pernapasan ialah perairan harus mengandung O2 cukup
banyak bila perairan kurang O2, ikan akan menuju ke permukaan, ke tempat
pemasukkan air dan menuju tempat air yang berarus. Selain itu daun insang harus
dalam keadaan lembab.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2 antara lain :
1. Ukuran dan
umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan lebih banyak O2,
2. Aktivitas
ikan : yang aktif berenang perlu lebih banyak O2,
3. Jenis
kelamin : ikan betina membutuhkan lebih banyak O2.
2. Sistem
Respirasi pada Burung
Alat
pernapasan pada burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru relativ kecil
dibandingkan ukuran tubuh burung. Paru-paru burung terbentuk oleh bronkus
primer, bronkus sekunder, dan pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan
dengan mesobronkus. Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus
bercabang menjadi dua set bronkus sekunder arterior dan posterior yang disebut
ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parobronkus. Paru-paru burung
memiliki ±1000 buah parabronkus yang bergaris tengah ±0,5 mm. Paru-paru burung
memiliki perluasan yang disebut kantong udara yang mengisi daerah selangka dada
atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus dan daerah leher.
Berturut-turut
dari luar ke dalam. Susunan alat pernapasan burung adalah sebagai berikut:
a. Lubang
hidung,
b. Celah tekak
pada dasar faring, berhubungan dengan trakea,
c. Trakea,
berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang
tersusun di
sepanjang trakea,
d. Siring
(alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot
sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi
untuk menimbulkan suara. Selain itu terdapat juga otot siringialis yang
menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring
terdapat selaput yang mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar
kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot
siringalis,
e. Bifurkasi
trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri,
f. Bronkus (cabang trakea) terletak di antara siring dan paru-paru,
g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
f. Bronkus (cabang trakea) terletak di antara siring dan paru-paru,
g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Mekanisme Pernapasan Pada Burung
Paru-paru
burung berhubungan dengan kantong udara melalui perantaraan bronkus rekurens.
Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, kantong udara juga
membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara. Kantong
udara juga berfungsi mencegah hilangnya panas dengan menyelubungi alat-alat
dalam untuk mencegah kedinginan dan mengubah massa jenis tubuh pada
burung-burung perenang. Perubahan massa jenis terjadi dengan cara memperbesar
atau memperkecil kantong udara. Kantong udara terdapat pada pangkal leher
(servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antar tulang selangka
(korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), rongga perut (saccus
abdominalis), ketiak (saccus axillaris). Jalur pernapasan pada burung berawal
di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah
tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya
panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir
trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink (alat suara yang terletak
pada bagian bawah trakea) yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara.
Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan
dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di
bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus
(100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus
bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain
paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa
(sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan, pundi-pundi hawa hanya
berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena
adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien.
Udara pada
pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak
atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga
oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi
apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke
posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar
dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya
karbondioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari
kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh
kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada
saat ekspirasi maupun inspirasi.
Selain itu,
pada waktu burung tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada
sehingga tulang-tulang rusuk bergerak ke muka dan ke arah bawah. Akibatnya,
rongga dada membesar dan paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantong
udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada
waktu inspirasi dan ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien
daripada paru-paru mamalia. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda
bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot
tubuh.
3. Sistem respirasi
pada amphibi
Pada katak,
oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga
mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat
kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan
faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk
lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan
di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri
kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai
sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah.
Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga
gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh
bronkus yang pendek.
Dalam
paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk
lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di
paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi
pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding
paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme
ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam
rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan
mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.
4. Respirasi
reptil
Paru-paru
reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak
efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan
beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon.
Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi
hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
2.4 Mekanisme Respirasi pada Invertebrata
1. Respirasi serangga
Proses
respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses
pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria. Baik serangga
terestrial maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya
terdapat perbedaan jelas: di udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%.
Oleh karenanya kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil
daripada kecepatan diffusi O2 di udara.
Sistem
pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga
tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya
merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke
dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam
jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara
dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar
dibanding yang ada di udara.
Pada umumnya
serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada volumenya,
sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang
cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh.
Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik air
(Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang fisis” atau physical gill
digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam
gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun,
tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari
dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung
udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah
terkan¬dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan
membuka mulut.
Sebaliknya
terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan
suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka
CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung. Bangunan ini
sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill).
Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih
lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill).
(M. Abercrombie, 1993)
Jika otot
perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali
pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan
tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea
berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya
mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian,
darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk
mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga
udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk
udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk
mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat
menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai
gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama
menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel
pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang
berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang
halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan
melalui pembuluh trakea.
Pada kepik air
(Belastomatidae) digunakan “insang fisis” atau physical gill digunakan untuk
mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam
gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2
menurun,tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara
dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah
gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring
tersebut sudah terkan¬dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke
permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam ujud gelembung udara). Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
Ø Filum Protozoa
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam ujud gelembung udara). Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
Ø Filum Protozoa
Respirasi
dengan cara aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan O2
yang masuk dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan
tubuh, sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat
yang sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan oksigen. Hasil
kedua peristiwa itu akan sama yakni dihasilkan energi dan zat sisa-sisa yang
akan ditampung dalam vakuola kontraktil sebagai zat ekskresi.
Ø Filum Porifera (Hewan Spons)
Sebetulnya
spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati demikian
mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas
menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air medianya bila di
jajaran luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada
jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel leher (khoanosit) selanjutnya
oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis sel tersebut diedarkan ke
seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubung hewan spons bersifat sesil artinya
tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung
akan kaya tidaknnya kandungan material (oksigen, partikel makanan) dari air
yang merupakan medianya, maka ketika Porifera masih dalam fase larva yang
sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang-renang mengenbara kian kemari
dengan bulu-bulu getarnya, ia akan memilih tempat yang strategis dalam arti
yang kaya akan kandungan material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidup. Bila
air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan
oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera yang
bersangkutan, artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi
kecil dan bila kekurangan sampai melampaui batas toleransinya maka Poriferanya
akan mati.
Ø Filum Coelenterata (Hewan Berongga)
Pertukaran gas
pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan tubuhnya. Hal ini karena
Hydra tidak mempunyai organ khusus untuk pernafasan, pembuangan hasil ekskresi,
dan juga tidak mempunyai darah serta sistem peredaran darah. Semua organ-organ
itu bagi Hydra tidak diperlukan, sebab tubuhnya tersusun atas deretan sel-sel
yang sebagian besar masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang ada di
sekitarnya. Di samping itu dinding tubuh Hydra merupakan dinding yang tipis,
oleh sebab itu pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah
dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh Hydra.
Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar secara difusi dan osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses pernafasan maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing-masing sel ynag bersangkutan.
Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar secara difusi dan osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses pernafasan maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing-masing sel ynag bersangkutan.
Hewan Scypozoa
seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai alat respirasi maupun
ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara langsung melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran
gastrovaskular sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi maupun
ekskresi. Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk
kedalam lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya
gas-gas O2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya
secara difusi. Demikian halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa
zat-zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung
oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
Hewan Anthozoa
seperti halnya Coelenterata yang lain, tidak mempunyai alat khusus untuk
pernafasan maupun pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal ini pernafasan baik
pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air laut, maupun pengeluaran gas
karbondioksida berlangsung secara difusi-osmosis secara langsung melalui semua
permukaan tubuhnya. Yang dimaksud dengan permukaan tubuh ialah baik permukaan
epidermis maupun permukaan gastrodermis yang menghadap kearah liang atau rongga
gastrovaskuler. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam saluran
gastrovaskuler disebabkan oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang
berjajar-jajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskular
(coelenteron). Gerak rambut getar yang ada pada dinding gastrovaskular
menimbulkan aliran air ke luar. Kedua mekanisme ini sangat membantu dalam hal
pertukaran gas maupun sisa-sisa metabolisme lainnya.
Ø Filum Platyhelminthes
Cacing pipih
belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan oksigen bagi anggota yang
hidup bebas dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Sementara anggota
yang hidup sebagai endoparasit bernafas secara anaerob, artinya respirasi
berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup pada
lingkungan yang kekurangan oksigen.
Ø Filum Nemathelminthes
Cacing Ascaris
tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob. Energi
diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang
diekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi
oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil
oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel.
Ø Filum Annelida
Ø Filum Annelida
Cacing tanah
bernapas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak
mengandung kapiler-kapiler darah.
Ø Filum
Mollusca
Sebagian besar
Mollusca organ respirasinya adalah insang. Insang diadaptasikan untuk
pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air melalui permukaan insang
yang luas dan berbentuk membran yang tipis. Pada Mollusca, insang disebut juga
ktinidium (Yunani : kteis; sebuah sisir). Ktenidia terdiri atas sebuah filamen
(= lamela) yang ditutupi silia. Gerakan silia menyebabkan air melintasi
permukaan filamen, oksigen berdifusi melintasi membran menuju ke darah, dan
karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa Mollusca seperti remis dan
bivalvia lain, silia pada insang juga berperan menyaring partikel makanan,
kemudian mengirimnya ke mulut dalam bentuk benang lendir. Setelah insang aliran
air biasanya menuju anus dan saluran keluar ginjal sambil membawa bahan yang
akan dibuang. Pada beberapa Mollusca, air masuk melalui incurent siphon dan
keluar melalui excurent siphon. Sebelum mencapai insang aliran air yang masuk
dideteksi oleh organ sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi mendeteksi
endapan lumpur, makanan atau predator.
Beberapa
Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas respirasi terjadi
secara langsung melalui permukaan mantel. Keong memiliki kemampuan adaptasi
intuk kehidupan darat yaitu dengan hilangnya insang, maka mantel yang
dimilikinya dimodifikasi menjadi sebuah paru-paru untuk pernapasan udara.
Beberapa keong (pulmoat) kembali ke habitat air, namun tetap mempertahankan
paru-parunya. Untuk itu mereka terlihat sering merambat naik ke permukaan air
untuk mengambil udara.
Ø Filum Echinodermata
Organ
respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula
merupakan organ respirasi utama. Mereka adalah sederhana, kontraktil,
transparan, hasil pertumbuhan dari dinding tubuh pada permukaan aboral
mempunyai ephithelium bersilia pada permukaan sebelah luar dan sebelah
dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan lanjut dari coelom dan sisa
lumennya berhubungan langsung dengan coelom. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di
antara air laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya. Silia pada epithelium
mempunyai peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom dan dalam menciptakan
air untuk pernapasan keluar masuk di dalam air laut. Di samping dindingnya
tipis, kaya akan percabangan dan bagian-bagian tubuh
lembab, juga bertindak sebagai organ-organ respirasi.
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
Berikut adalah beberapa contoh gangguan pada sistem pernapasan
manusia.
1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paruparu
mengalami pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh alergi, seperti debu, bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat
diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan cukup rendah
atau keadaan dingin.
3. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu yang
paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali.
Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu
kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya
kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.
4. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan
bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan
semakin luas, dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru
akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC napasnya
sering terengah-engah.
5. Bronkhitis, merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan
akibat infeksi. Gejalanya adalah penderita mengalami demam dan menghasilkan
lendir yang menyumbat batang tenggorokan. Akibatnya penderita mengalami sesak
napas.
6. Influenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
7. Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
8. Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
9. Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan
hidung yang mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka menggunakan mulut
untuk bernapas.
10. Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-paru atau disebut pleura.
10. Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-paru atau disebut pleura.
11. Pneumonia / Pnemonia, adalah suatu infeksi bakteri
diplococcus pneumonia yang menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.
12. Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya
pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh disebut asfiksi. Asfiksi
ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena
infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit
pneumonia. Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi
oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan
orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat
ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran pernapasannya dan melakukan
pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari mulut ke mulut dengan irama
tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger Neelsen. Asfiksi dapat
pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa,
misalnya polip, amandel, dan adenoid.
13. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura
parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan
eksudat.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem respirasi ada dua macam, yaitu
respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi seluler adalah proses
masuknya O2 ke dalam sel dan dikeluarkan CO2 dan ATP yang dimana CO2 dibuang
dan ATP digunakan. Sistem pernapasan terdiri dari hidung, trakea, paru-paru, tulang rusuk,
otot interkosta, bronkus, bronkiolus, alveolus dan fragma.
Sistem pernapasan
terdiri dari sistem pernapasan hewan vertebrate yaitu aves, amfibi, reptile,
pisces dan mamalia sedangkan sistem pernapasan invertebrate terdiri sistem pernapasan
serangga, cacing, porifera, echinodermata.
Sistem pernapasan
memiliki beberapa penyakit meliputi: asma, emfisema, sinusitis, bronchitis,
influenza.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni,Wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Yogyakarta:Kanisius
Kastawi,Yusuf.Zoologi Avertebrata.Malang:FMIPA UM
Goenarso, Darmadi.2005. Fisiologi Hewan.UT
Kastawi,Yusuf.Zoologi Avertebrata.Malang:FMIPA UM
Goenarso, Darmadi.2005. Fisiologi Hewan.UT
KADG: Online casino, gambling, sports betting, poker
BalasHapusKADG is the leading global 온카지노 online septcasino gaming provider offering the most popular games in a safe, 메리트 카지노 주소 secure environment. Bet now!